Search

Video Online Sebagai Sumber Belajar di Indonesia

Materi belajar berupa video adalah salah satu jenis materi belajar digital paling mudah dicerna oleh para pembelajar. Dalam konteks Education 2.0 format video juga memainkan peranan sangat penting karena "supply" materi jenis ini sudah relatif banyak dan mudah dibuat oleh siapapun. Dengan teknologi kamera video dan editing video yang semakin tersedia luas dan mudah digunakan maka video memiliki potensi yang luar biasa untuk berkembang menjadi "killer implementation" dari Education 2.0, terutama video yang tersedia secara online. Faktor pendukung utama lain adalah keberadaan layanan video online terutama YouTube yang sudah sangat luas penggunaannya. Salah satu penyedia konten video belajar yang terkenal dan sukses adalah www.khanacademy.org yang berhasil mengumpulkan dan mendayagunakan ribuan video pembelajaran kedalam satu sistem belajar yang sistematis dan mudah dipakai.


Peluang dan Masalah

Namun problem dengan video bagi kita di Indonesia adalah tingkat ketersediaan materi berbahasa Indonesia yang masih sangat sedikit. Bagi masyarakat digital Indonesia, seharusnya format video lebih cocok bagi budaya kita. Bangsa Indonesia adalah bangsa dengan kultur "bertutur/lisan" dan tidak suka menulis. Blogging perlu kemampuan dan kesukaan untuk menulis agar sukses. Kebanyakan orang Indonesia kurang cocok dengan format ini, sehingga videoblogging adalah alternatif yang harusnya lebih pas. Namun berbagai keterbatasan masih menghadang antara lain adalah keterbatasan kemampuan produksi video di kalangan pendidik, juga keterbatasan akses ke Internet berkecepatan tinggi yang mutlak diperlukan untuk menonton dan mengunggah (upload) video. Sementara kebiasaan "menonton YouTube" sebenarnya sudah tumbuh dan berkembang di kalangan yang luas di Indonesia tidak terkecuali bagi para siswa, pelajar, mahasiswa, guru, dosen di negeri kita. Saya bahkan sudah sangat sering menemukan siswa dari daerah-daerah terpencil sudah terbiasa dengan akses ke video YouTube. Jadi dalam konteks pengembangan Education 2.0 khususnya video online, tampaknya kesulitan terdapat pada sisi "supply" karena masih sangat terbatasanya orang-orang khususnya kalangan pendidik yang mau dan siap menyediakan konten. Dari sisi "demand" harusnya sudah ada dan cukup besar, namun akan lebih dahsyat lagi bisa didorong sosialisasi dan promosi yang tertata rapi.

Perlu kita sadari bahwa materi belajar berupa video berbahasa non-Indonesia yang bisa diakses terbuka secara online sudah berkembang sangat pesat, jadi kita dalam posisi tertinggal jauh. Namun kesempatan masih sangat terbuka lebar untuk mengejar, salah satunya adalah dengan memanfaatkan fasilitas penambahan sub-title atau teks terjemahan di YouTube. Jadi kita bisa menggunakan berbagai video berkualitas tinggi dalam bahasa manapun, kemudian kita tinggal memberi tambahan sub-title dari video tersebut langsung dari YouTube tanpa harus berurusan dengan aplikasi video editing yang rumit dan tanpa download/upload video lagi. Info lanjutan akan saya berikan kemudian.

Contoh Asli Indonesia dari Komunitas

Dari sangat sedikit materi belajar dalam bentuk video online berbahasa Indonesia, saya menemukan model yang bagus dari seorang pendidik di kota kendal, Jawa Tengah. Lihat video channel ybs yang diberi judul Sukses UAN disini. Dalam waktu beberapa hari di bulan Maret 2011, ybs telah mengunggah 22 video pembelajaran (sebagian besar Matematika SD) yang tampaknya dibuat sendiri dengan teknologi sangat sederhana. Bayangkan jika ada lebih banyak guru seperti ini aktif di dunia maya, maka akan lebih banyak lagi materi belajar online akan tersedia dalam bahasa Indonesia.

Contoh lain adalah channel YouTube dari BSC atau Bandung Study Club yang memiliki banyak video pembelajaran Matematika, saat tulisan ini dibuat telah tersedia koleksi sebanyak 201 video! Dari semuanya telah ditonton lebih dari 75 ribu kali, luar biasa. Padahal channel ini baru berusia 11 bulan. Sebagian besar dari video yang dipublikasikan adalah terjemahan dari video di Khan Academy. Salut pada teman-teman dari Bandung.



Channel lain yang memiliki banyak video adalah dari layanan yang menyebut dirinya jejaring sosial edukasi di http://www.geschool.net. Channel YouTube dari GEschool (klik disini) ini telah memiliki koleksi 537 video, jauh lebih banyak dari BSC. Hebat! Namun pengakses lebih sedikit yaitu 29 ribuan pada saat tulisan ini dibuat. Luar biasa.

Lihat juga sebuah channel video online dari 2 anak muda Jogja yang berinisiatif membuat berbagai video tentang Indonesia dalam bahasa Inggris untuk menyebarluaskan informasi Indonesia ke seluruh dunia. namanya Dadio TV yang bisa diakses di http://dadio.tv. Konten yang tersedia masih sedikit, namun untuk ukuran penyedia Indonesia, Dadio TV sudah advance berjalan kedepan. Semoga tidak kehabisan bensin dan bisa terus maju.

Buatan Pemerintah?

Kementrian Pendidikan Nasional memiliki dana yang tergolong sangat besar, dan mereka juga telah membuat beberapa proyek yang juga berhubungan dengan penyediaan konten video pembelajaran. Yang terbesar tentu saja adalah Televisi Edukasi (TV Edu atau TVE) yang menghasilkan banyak sekali materi belajar dalam bentuk video. Seluruh materi disiarkan melalui satelit ke seluruh Indonesia, namun tampaknya karena persaingan merebut "waktu tonton" masyarakat terlalu ketat, TVE gagal merebut rating signifikan. Banyak juga inisiatif untuk menayangkan TVE di sekolah dalam waktu tertentu secara grup atau massal, namun kegiatan ini kurang efektif, padahal materi TVE tergolong sangat advance untuk ukuran Indonesia.

Solusi lain tentu saja adalah menyediakan materi TVE secara "on demand" artinya materi video bisa diambil. diakses dan digunakan sesuai kebutuhan program belajar. Cara termudah tentu saja dengan menggunakan CD atau file yang disebar ke seluruh pihak yang membutuhkan. Cara yang lebih canggih adalah menggunakan portal video online ala YouTube. Cara ini sudah dipakai oleh TVE, saat tulisan ini dibuat layanan ini bisa diakses di alamat http://118.98.222.63/ namun belum bisa dijamin apakah layanan ini akan langgeng dan konsisten diperbarui. Itulah kelemahan paling dasar dari layanan-layanan Kemdiknas yang berbasis proyek, begitu proyek habis maka server down/offline atau jika masih online materinya yang tak diperbarui.

Berikut contoh video dari TVE yang ternyata memiliki fasilitas "embedded link" :-) Sayang preview picture belum bekerja seperti di YouTube,



Layanan TVE yang disebut Rumah Belajar Video Pendidikan yang beralamat di http://118.98.222.63/ ini ternyata masih belum banyak isinya, tercatat ada 179 video yang tersedia. Tampaknya semua video di upload oleh "Admin". Kekurangan lain adalah pada kategorisasi yang belum maksimal. Sangat sulit mencari misalnya materi video pembelajaran Matematika untuk kelas 3 SD.

Namun uniknya layanan ini, terdapat link "Upload" di halaman layanan ini, harusnya semua pihak bisa ikut mengunggah video selain Admin. Sesuatu yang akan sangat berguna di era YouTube seperti ini. Namun saya belum menemukan cara upload nya. Atau bisa juga layanan ini diintegrasikan dengan YouTube. Video-video belajar dari YouTube yang memang sudah tersedia bisa dibuat display nya disini.

Cara lain untuk "menikmati" dan memanfaatkan layanan TVE secara maksimal adalah dengan memiliki jadwal acaranya secara lengkap. Kita bisa menunggu dan menonton program video yang sesuai dengan kebutuhan kita. Lucu juga ketika kita mengumpulkan kelas 3 SD kemudian disuguhi dengan Program Belajar Bahasa Jerman untuk SMA, acara jadi tidak "berkualitas" karena tidak sesuai kebutuhan dan peruntukan. Jadwal bisa dilihat di http://tve.kemdiknas.go.id.

Post a Comment

0 Comments